Mengenal Inbreeding dan Outbreeding Pada Ternak
Dalam ilmu genetika, terdapat dua jenis sistem perkawinan yaitu perkawinan tertutup (Biak-dalam/Inbreeding) dan perkawinan silang luar (Outbreeding). Inbreeding adalah pembiakan dari dua ternak yang berhubungan dengan satu sama lain (dalam satu kekerabatan), sedangkan Outbreeding adalah silang luar adalah pembiakan dari dua ternak yang tidak berhubungan dengan satu sama lain dengan arti lain yaitu bapak dan induk ternak secara total tidak berhubungan kekerabatan.
A. INBREEDING
Warwick (1984) menyampaikan bahwa Perkawinan tertutup/ inbreeding adalah perkawinan individu yang lebih berhubungan erat dibanding para anggota rerata suatu keturunan atau populasi. Pada kasus yang terjadi saat inbreeding yaitu dapat meningkatkan homozygositas dan konsekuensi genetik dari perkawinan tertutup yang muncul secara langsung dari homozygositas yang ditingkatkan. Hal tersebut sangat jelas menegaskan bahwa Inbreeding dapat didefinisikan yaitu perkawinan antara saudara satu keturunan yang secara langsung meningkatkan Homozigositas.
Pada kasus pemuliaan, inbreeding dibagi menjadi 2 jenis yaitu inbreeding depression dan depression inbreeding. inbreeding depression adalah penentuan suatu populasi dari gen resesif yang mengganggu melalui perkawinan-perkawinan antara saudara yang dekat, sedangkan depression inbreeding adalah peningkatan penyimpangan hasil pemuliaan, yang sering dikenal sebagai tenaga bastar atau heterosis.
Baca juga : Lima Rumpun Sapi Asli Indonesia yang Berpotensi Menjadi Primadona di Pasar Peternakan Global
Pada kasus umum inbreeding, terjadinya perkawinan satu keluarga yang akan menyebabkan diturunkannya sifat-sifat resesif pada keturunan berikutnya, terkadang pula menimbulkan gen letal yang menyebabkan ternak mati setelah dilahirkan dan saat masih dalam kandungan.
Inbreeding sangat sering dijumpai/ terjadi pada peternakan-peternakan dengan skala kecil dan menggunakan metode kawin alam. Perkawinan yang sering terjadi adalah antar bapak dengan anak, anak dengan anak, kakek dengan cucu dan sebagainya. Terlihat dengan sangat jelas bahwa, kondisi ini tidak bisa dihindari sehingga dengan meningkatnya intensitas kawin antar keluarga atau inbreeding, akan diikuti pula oleh peningkatan koefisien inbreding.
Peningkatan koefisien inbreeding akan berbanding terbalik dengan kualitas produksi atau bobot badan. Makin besarnya/ meningkatnya koefisien inbreeding maka makin besar pula penurunan bobot badan, secara teoritis setiap produksi dalam hal ini bobot badan sebesar 1%. sesuai dengan pernyataan Syamsuddin, (1985) bahwa faktor ini merupakan salah satu penyebab penurunan kualitas produksi ternak sapi di pulau Lombok.
Pane (1986) telah menjelaskan dan menegaskan dengan baik bahwa jika penurunan dari ternak (subjek pedigri) mempunyai leluhur bersama yang bercermin dari pedigri keturunannya, mereka akan menjadi biak-dalam (inbred) dan derajat atau tingkat dari biak dalam tersebut dapat dihitung dan dinamakan sebagai “koefisien biak dalam” (inbreeding coefficient).
Inbreeding atau biak dalam tersebut tergantung dari seberapa dekat hubungan keluarga antara kedua penurunnya, sebenarnya sudah dapat membiak-dalam, tetapi jika mereka tidak berhubungan keluarga satu sama lain maka subjek tersebut tidak akan membiak-dalam
Dilihat dari segi pelaksanaan, inbreeding memiliki beberapa keuntungan yang dilaksanakan untuk tujuan-tujuan tertentu antara lain:
Baca juga : PERLUKAH SAPI MAKAN KONSENTRAT SETIAP HARI..?
1. Perkawinan tertutup menghapuskan gen resesif yang tidak diinginkan dari proses pembiakan, cara ini dilakukan untuk menciptakan prapotensi. Prapotensi yaitu kemampuan dari suatu ternak dimana jantan/ betina akan menyimpan suatu karakter spesifik yang akan diturunkan kegenerasi selanjutnya.
2. Perkawinan tertutup digunakan sebagai dasar untuk penyusunan dari gen dominan ataupun resesif murni, karena perkawinan tertutup didasarkan pada pemilihan periode waktu tertentu yang sudah menimbulkan banyak keturunan yang berharga dari ternak Mukherjee, (1980).
Catatan :
1. Inbreeding hanya direkomendasikan untuk kegiatan pemurnian (riset), dimana lokasi dan kegiatan terkontrol dengan baik.
2. Inbreeding yang tidak diatur juga mempunyai pengaruh buruk sehingga menimbulkan kerugian antara lain kerugian Inbreeding adalah pada masa kebuntingan kemungkinan abortus cukup tinggi.
3. Inbreeding juga mengakibatkan meningkatnya gen lethal sehingga angka kematian anak (pedet) cukup tinggi
4. Selain itu inbreeding juga mengakibatkan permasalahan reproduksi, antara lain adalah majir pada betina dan steril pada jantan.
B. OUTBREEDING
Outbreeding atau silang adalah suatu metode perkawinan seekor ternak yang hubungan keluarganya kurang dari hubungan kekeluargaan rata-rata ternak dari mana ternak tersebut berasal, dalam bahasa sederhana didefinisikan sebagai perkawinan antar ternak yang tidak mempunyai tetua/ asal usul sekerabatan bersama selama paling sedikit empat generasi.
Outbreeding atau silang adalah suatu metode perkawinan seekor ternak yang hubungan keluarganya kurang dari hubungan kekeluargaan rata-rata ternak dari mana ternak tersebut berasal, dalam bahasa sederhana didefinisikan sebagai perkawinan antar ternak yang tidak mempunyai tetua/ asal usul sekerabatan bersama selama paling sedikit empat generasi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Lestari, dkk (1997) telah memberikan contoh bahwa pada sapi-sapi yang secara genetik seperti Simmental, Limousin dan Brahman mempunyai mutu lebih baik dibandingkan sapi Bali akibatnya keturunan pejantan sapi Simental, Brahman dan Limosin juga mempunyai mutu genetik yang lebih baik dibandingkan keturunan pejantan sapi Bali.
Biak silang sampai saat ini masih tetap memegang peranan penting dalam perbaikan mutu ternak. Banyak stakeholder yang menyampaikan bahwa ternak yang disebut sekarang dikatakan telah murni atau (Pure Bred) sebenarnya adalah hasil biak silang beberapa waktu yang lalu. hasil penelitian Warwick (1990) pernah menyampaikan secara detil dan jelas bahwa beberapa rumpun ternak diketahui Inbreed atau mengalami perkawinan rumpun secara intensif selama tahap pembentukannya.
Baca juga : Kenapa Sapi Pesisir dijuluki “JAWI RATUIH”..?
Biak-silang antara ternak dalam satu rumpun, Hal ini banyak belum bayak dimanfaatkan dalam dunia peternakan karena adanya kesulitan-kesulitan teknis dalam kelanjutan penyilangan ternak yang berbeda jumlah kromosomnya. Sperma dapat saja membuahi sel telur tetapi daya tahan hidup dari embrio umumnya menjadi rendah.
Pada umumnya anak jantan pertama (F1) dari hasil persilangan tersebut menjadi mandul. Hingga saat ini, sebagai akibat dari nilai-nilai ekonomis, usaha yang berlanjut mengenai penyilangan antara spesies seakan-akan tidak diteruskan secara umum tetapi lebih ditujukan kepada keperluan-keperluan ilmiah dan penelitian.
Dengan bertambah majunya teknologi, termasuk teknologi ilmu keturunan bukanlah mustahil jika di masa mendatang bidang ini menjadi penting dan dapat dilaksanakan dengan baik jika nilai ekonomi produknya akan sangat menguntungkan.
Biak silang antara keturunan
Biak silang antara keturunan adalah perkawinan dari hewan atau ternak yang berbeda jenisnya. Meskipun secara teknik yang dimaksud dengan istilah ini adalah membiak silangkan dua keturunan murni, tetapi dalam aplikasinya sering dilaksanakan dengan suatu sistem yang lebih luas, misalnya membiak silang ulang dua keturunan, menyilangkan tiga keturunan dan lain sebagainya (Pane, 1986).
Sebagai suatu akibat dari proses silang-dalam yang memisahkan suatu populasi menjadi sub-populasi yang genetis berbeda, beberapa persilangan galur diharapkan lebih unggul dari populasi asalnya.
Silang Luar dan keturunan campuran
Pengaruh yang genetik dari silang luar kebalikannya itu dari perkawinan tertutup. Perkawinan tertutup bertujuan untuk membuat pasang gen-gen homozygous ke luar. Hasil pemuliaan cenderung untuk meningkatkan heterozigositas di dalam gen-gen di mana menguasai alel-alel yang berbeda.
KESIMPULAN
Perkawinan yang dilaksanakan secara inbreeding/ kawin kekerabatan adalah salah cara untuk menemukan rumpun murni ternak dalam garis keturunan sehingga pada dasarnya dilakukan berbagai cara untuk menemukan galur terbaik.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal inbreeding harus dilakukan dengan menyilangkan rumpun sapi/ ternak murni dari beberapa keturunan yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya antar beberapa generasi sehingga gen resesif yang letal yang terlihat tidak nampak.
Juga terhadap respon imun pada ternak yang memiliki gen homozigot resesif yang merugikan. kegiatan perkawinan outbreeding adalah sebuah metode/ proses menyilangkan secara crossing yang bertujuan untuk menghasilkan ternak yang berkualitas dalam hal ini peningkatan produktivitas ternak itu sendiri, sehingga di dapatkan rumun ternak baru yang memiliki gen-gen yang sesuai dengan tujuan penyilangan.
SARAN
Saran yang dapat diambil dari tulisan ini adalah :
Pemulia ternak untuk niaga sebaiknya jangan mengawinkan ternak-ternak yang mempunyai hubungan kekerabatan (berkerabat). Karena bisa memunculkan sifat-sifat resesif yang berdampak pada pelaksanaan niaga.
SARAN
Saran yang dapat diambil dari tulisan ini adalah :
Pemulia ternak untuk niaga sebaiknya jangan mengawinkan ternak-ternak yang mempunyai hubungan kekerabatan (berkerabat). Karena bisa memunculkan sifat-sifat resesif yang berdampak pada pelaksanaan niaga.
Dalam kelompok ternak bibit yang produksinya sedang, dan bila tersedia pejantan-pejantan yang tidak berkerabat dengan keunggulan yang sama atau melebihi pejantan-pejantan dalam kelompok itu biasanya tidak dilakukan silang-dalam atau perkawinan galur.
Proses perkawinan silang luar/ crossing sangat baik dilakukan untuk menemukan ternak sapi/ ternak lainnya yang berkualitas, peningkatan penyilangan ini di sarankan dilakukan untuk meningkatkan kualitas gen pada ternak-ternak.
DAFTAR PUSTAKA
Lasley., John F. 1987. Genetics of Livestocks Improvement (Third Edition). Prentice-Hall of India Private Limited, New Delhi.
Lush., Jay L. 1963. Animal Breeding Plans. Iowa State University Press, Ames, Iowa.Mukherjee., D. P. dan G. C. Banerjee. 1980. Genetics and Breeding of Farm Animals. Oxford.
Pane, Ismed. 1986. Pemuliabiakan Ternak Sapi. Gramedia Pustaka UtamaSyamsuddin., Ir. Chalid,, Ir. Hasyim, & Ir. Ridwan. 1985. Masalah Kualitas Sapi BALI yang ada di pulau Lombok. (M.Qazuini, dkk. 1985 Oryza. Unram Press. Mataram).
Warwick., E. J. & J. E. Legates. 1984. Breeding and Improvement of farm animal. McGraw-Hill Publish
Terima kasih. demangkutodotcom caw!
Posting Komentar untuk "Mengenal Inbreeding dan Outbreeding Pada Ternak"
Please Leave a wise comment, Thank you